Pada pagelaran "Peek Performance" yang dilakukan beberapa hari yang lalu, Apple memperkenalkan lini produk terbaru mereka. Mulai dari iPad Air generasi kelima, Mac Studio, Studio Display, chip M1 Ultra, serta varian warna baru untuk iPhone 13 dan 13 Pro. Tidak hanya itu, Apple juga mengumumkan kerja sama dengan Major League Baseball (MLB) untuk penayangan live pre dan post game secara ekslusif di Apple TV+ di beberapa negara terpilih. Namun dari serangkaian peluncuran tersebut, ada satu produk yang cukup menarik untuk kita bahas: iPhone SE (2022).
 |
Gambar dari apple.com. |
iPhone SE (2022) sejatinya merupakan penerus dari iPhone SE (2020) yang diluncurkan dua tahun yang lalu. Membawa sejumlah peningkatan dari pendahulunya, iPhone ini cukup menarik perhatian jika kita memperhatikan spesifikasi yang dibawanya. Sebut saja chipset Apple A15 yang sama dengan yang digunakan oleh iPhone 13 series, pelindung layar Ceramic Glass yang diklaim sebagai kaca pelindung terkuat pada ponsel saat ini, hingga dukungan jaringan 5G untuk konektivitas masa depan. Semua itu bisa kamu dapatkan mulai dari US$429 saja, atau sekitar 6,1 juta rupiah. Penawaran yang sangat menarik untuk sebuah iPhone, bukan?
Namun harga yang terjangkau tersebut bukan berarti tanpa ada pengorbanan, lho. Satu yang paling terlihat dari beberapa pengorbanan yang ada di iPhone SE (2022) ini adalah desain. Ya, masih sama dengan pendahulunya, iPhone SE (2022) masih membawa desain yang sama dengan iPhone 7 dan 8. Bagi sebagian (besar) orang, mungkin akan menganggap desain ini sudah usang. Selain itu, penggunaan panel IPS LCD pada layarnya juga bisa dibilang sudah kurang relevan. Apalagi di kelas harga yang sama, sudah banyak ponsel Android yang menggunakan panel AMOLED dengan refresh rate tinggi. Satu hal lain yang mungkin juga mengganggu ada di sektor kamera. Para pemuja Apple mungkin boleh berbangga hasil jepretan dari kamera iPhone memiliki kualitas yang bagus. Namun di zaman ini, penggunaan satu kamera pada sebuah ponsel telah mengurangi fleksibilitas dari fungsi kameranya. Semestinya Apple masih bisa menyematkan sebuah kamera sekunder dengan lensa ekstra lebar agar kamera dari iPhone SE (2022) ini semakin lengkap.
Di luar beberapa hal tersebut, masih ada satu hal yang penulis apresiasi: keberadaan Touch ID. Hingga saat ini, metode keamanan memakai fingerprint masih menjadi otentikasi yang paling dapat diandalkan menurut penulis. Penggunaannya sangat mudah untuk membuka kunci layar dibanding metode keamanan lainnya. Apalagi sekarang kita lebih sering menggunakan masker, sehingga metode keamanan seperti facial recognition menjadi lebih sulit untuk dilakukan.
Dengan beberapa kelebihan dan kekurangannya tersebut, menurut kalian iPhone SE (2022) ini menarik atau membosankan? Coba berikan pendapat kalian di kolom komentar, ya!
Comments
Post a Comment